Aksi Kolekstif untuk aca Straight Answer yang Terkena Stroke

Fadhila Jayamahendra, vokalis band hardcore punk, Straight Answer pernah terserang stroke yang membuatnya harus menjalani serangkaian operasi dan perawatan di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta.

Peristiwa yang terjadi September satu tahun silam itu, menggerakan aksi kolektif dan solidaritas komunitas musik. Mereka menggelar penggalangan dana baik dalam dan luar negeri. Kini Aca, panggilan akrab Fadhila, dinyatakan sembuh dan kembali aktif bermusik.

Aca menceritakan saat dirinya tiba-tiba terserang stroke, mahalnya biaya perawatan hingga dirinya kembali aktif bermusik. Ia juga menyampaikan pandangannya tentang aksi kolektif dan solidaritas tersebut.

“Pada saat itu gua tiba-tiba gua stroke. Langsung dilarikan ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit, pembuluh darah di kepala sudah pecah, jadi otak sudah terendam darah. Jadi perlu penanganan seketika yang benar-benar harus pada menit itu juga yang harus dikerjakan dan artinya juga biaya yang tidak sedikit,” kata Aca saat ditemui di distro miliknya di Pasar Santa, Jakarta Selatan.

Isteri dan keluarganya kebingungan untuk membayar biaya penanganan operasi yang dipastikan sangat besar. Saat itu lah, teman-temannya yang juga hadir di rumah sakit, menyebarkan pesan berantai melalui media sosial hingga ke berbagai jejaring punk dan komunitas musik lainnya. Penyebaran berita itu kemudian mengalirkan sejumlah uang untuk membiayai operasi Aca.

“Gua sih enggak tahu kejadian pada saat itu karena dalam keadaan nggak sadar, ini yang diceritain aja. Jadi pada saat itu akhirnya istri gua cerita bahwa tiba-tiba ada bantuan mulai dari Jakarta, kota-kota di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur sampai Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, semua sampai kota-kota di banyak daerah,” tuturnya. Dan bantuan juga datang dari berbagai orang dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Jepang, Amerika, serta negara-negara Eropa yaitu Inggris, Jerman, Belanda, Denmark, dan Swedia. Bantuan itu banyak datang dari orang-orang yang tidak dia kenal.

Ketika sudah mulai sadar, Aca pun merasa heran dengan bantuan yang datang kepadanya. Apalagi bantuan itu datang dari banyak orang yang tidak dia kenal. Banyaknya bantuan tersebut jadi semangat tersendiri baginya. Aca merasa, bukan hanya pengobatan medis yang menyembuhkannya, namun juga aksi soladiritas itu.

Lebih dari satu bulan dirawat di ruang gawat darurat, membuat Aca menganggap kesembuhannya merupakan sebuah keajaiban. Istri, keluarga dan bahkan teman-temannya hadir 24 jam dalam tujuh hari mendampinginya hingga keluar dari rumah sakit.

Menurut Aca dari penuturan istrinya, total bantuan dana yang terkumpul mencapai Rp600 juta. Namun, Aca enggan menjelaskan lebih jauh apakah biaya itu mencukupi kebutuhan perawatannya di rumah sakit atau tidak.

“Buat gua mau dapatnya Rp100 ribu pun bersyukur banget karena masih ada orang yang mau kayak gitu,” katanya.

Secara tidak langsung, kata Aca, alam bawah sadar yang menuntunnya terus berjalan itu membangkitkan semangat pantang menyerah dalam dirinya.

Setelah diperbolehkan pulang, Aca menuturkan, selama beberapa bulan rumahnya banyak dikunjungi teman-teman baik dari sekolah hingga kuliah, terutama kolega bermusiknya, untuk menemui dan memberikannya semangat.

“Itu yang sebenarnya membuat proses penyembuhan gua jadi lebih cepat. Banyak semangat yang gua dapat dari banyak orang yang datang. Itu sebenarnya obat yang paling manjur banget, dalam kasus gua ya,” ujarnya.

Berangkat dari itu, Aca mencoba meyakinkan dirinya termasuk istri, keluarga dan teman-temannya untuk kembali aktif bermusik sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung selama proses perawatan dan pemulihan.

Leave a Comment